Lohoa, 8 Juli 2025 — Kelompok SPP Lohoa mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bertema Potensi Usaha Kelompok pada pukul 14.30 hingga 16.00 WITA. Kegiatan ini menjadi ruang refleksi sekaligus langkah awal perencanaan bersama dalam membangun usaha ekonomi kolektif yang berkelanjutan di tingkat kelompok.
Kegiatan dibuka oleh Masrika, Koordinator Perikanan Skala Kecil di Lohoa. Ia menyampaikan bahwa tujuan utama dari FGD ini adalah menggali ide-ide usaha yang potensial agar kelompok dapat memiliki sumber keuangan alternatif, tidak semata-mata bergantung pada iuran rutin anggota. FGD ini diharapkan mampu mendorong kemandirian ekonomi kelompok melalui pengembangan usaha yang sesuai dengan potensi lokal.
Turut hadir Hasanudin sebagai fasilitator dalam kegiatan ini. Dalam pemaparannya, ia menekankan pentingnya usaha kelompok sebagai penopang keberlanjutan organisasi. “Agar kelompok SPP Lohoa bisa lebih maju, kita butuh usaha bersama yang bisa jadi sumber keuangan kelompok secara berkelanjutan,” jelasnya.
Ia kemudian menguraikan dua komponen penting dalam pengembangan usaha, yaitu peluang usaha dan ide usaha. Menurutnya, potensi lokal khususnya di sektor kelautan dan perikanan merupakan landasan kuat untuk merancang produk atau layanan yang sesuai. Ide usaha yang akan dikembangkan, lanjutnya, harus mampu menjawab empat pertanyaan utama, produk atau layanan apa yang akan dijual?, siapa target pasarnya?, bagaimana produk akan dipasarkan?, dan kebutuhan apa yang hendak dipenuhi oleh usaha tersebut?
Peserta kemudian diajak untuk menuliskan ide-ide usaha yang mereka anggap paling mungkin dikembangkan di wilayah mereka. Berbagai gagasan muncul, mulai dari nasi bungkus, bakso ikan, kepiting saus tiram, pentol ikan, ikan kering, ikan goreng sambal, hingga usaha jual pulsa. Keragaman ide ini mencerminkan potensi besar yang dimiliki kelompok dalam mengolah sumber daya lokal menjadi peluang ekonomi.

Menanggapi ide-ide tersebut, Hasanudin mengajak peserta berdiskusi mengenai kelayakan usahanya. “Apakah ide-ide ini menguntungkan?” tanyanya. Salah satu peserta, Batti, menjawab dengan optimis bahwa ide-ide tersebut tidak hanya menguntungkan, tetapi juga mudah direalisasikan karena bahan bakunya tersedia di sekitar mereka.
Sesi selanjutnya diisi dengan pengisian format identifikasi potensi pengembangan usaha. Dari data yang terkumpul, sebanyak 14 orang menyatakan akan menggunakan tabungan pribadi sebagai sumber modal, sementara 12 orang menyatakan tertarik untuk mulai mengembangkan usaha. Untuk bentuk pelaksanaannya, tujuh orang cenderung menjalankan usaha secara individu, dan tujuh lainnya memilih bersama keluarga.
Hasanudin menutup sesi dengan menyampaikan bahwa seluruh data dan aspirasi peserta ini akan menjadi dasar dalam merancang bentuk pendampingan yang sesuai. “Data ini penting agar program yang kita jalankan nanti benar-benar relevan dan aplikatif,” tutupnya.