Darawa, 28 Mei 2025- Kelompok Simpan Pinjam Darawa Maju menggelar Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan untuk menggali potensi usaha lokal yang dapat dikembangkan oleh anggota kelompok. Kegiatan ini berlangsung di rumah salah satu anggota kelompok, dengan dihadiri oleh seluruh anggota Darawa Maju dan difasilitasi oleh Hasanuddin, salah satu anggota tim Forkani, dan dimoderatori oleh Mursiati, Koordinator Perikanan Skala Kecil di Desa Darawa.
Kegiatan dimulai dengan pembukaan dan pengantar dari Mursiati, yang menekankan pentingnya mengenali dan mengembangkan potensi ekonomi lokal berbasis sumber daya yang tersedia. Hasanuddin selaku fasilitator memaparkan tujuan FGD serta membuka ruang bagi peserta untuk menyampaikan ide-ide usaha yang relevan dengan kondisi dan keterampilan yang dimiliki oleh kelompok. Mursiati kemudian memandu jalannya diskusi dengan menekankan pentingnya peran perempuan dalam pengembangan ekonomi lokal, khususnya melalui pengolahan hasil laut dan pertanian.
Diskusi berlangsung aktif dan partisipatif. Para peserta mengidentifikasi berbagai peluang usaha, terutama dalam pengolahan hasil perikanan seperti ikan kering, abon ikan, pentolan ikan, kerupuk ikan, serta sambal berbahan dasar ikan dan gurita. Selain itu, mereka juga melihat potensi pengolahan hasil pertanian seperti roti lokal dan keripik pisang. Dari berbagai pilihan usaha tersebut, ikan kering menjadi yang paling diminati, dengan sembilan orang menyatakan ketertarikannya. Abon dan pentolan ikan masing-masing dipilih oleh empat orang, sementara sambal gurita diminati oleh tiga orang. Produk-produk lainnya hanya dipilih oleh satu orang masing-masing.
Untuk menggali kesiapan dan kecenderungan peserta dalam mengembangkan usaha, dilakukan pula survei tertutup. Hasilnya menunjukkan bahwa 20 orang peserta berencana menggunakan tabungan pribadi sebagai modal awal, satu orang menjual aset, dan satu orang lainnya meminjam dari orang tua. Seluruh peserta FGD, yaitu 22 orang, menyatakan tertarik untuk mengembangkan usaha. Mayoritas peserta, yakni 19 orang, memilih untuk menjalankan usaha secara mandiri, sementara tiga orang lainnya berminat untuk membentuk usaha kelompok.
Kelompok juga mengidentifikasi sejumlah sumber daya yang telah dimiliki, seperti akses terhadap bahan baku dari hasil tangkapan nelayan, serta dukungan modal awal melalui program simpan pinjam yang dikelola sendiri. Namun demikian, beberapa tantangan masih dihadapi, di antaranya belum tersedianya peralatan pendingin untuk bahan olahan basah, keterbatasan keterampilan pengolahan dan manajemen usaha, pemasaran produk yang masih sebatas lokal, belum adanya sertifikasi PIRT atau label kemasan yang menarik, serta sulitnya akses ke pasar luar desa akibat keterbatasan transportasi dan logistik.
Sebagai tindak lanjut, para peserta mengusulkan serangkaian langkah strategis, termasuk pelatihan pengembangan usaha kelompok, pelatihan pengolahan pangan hasil laut, pelatihan manajemen usaha dan pembukuan sederhana, serta pelatihan pemasaran digital melalui WhatsApp, Instagram, dan marketplace. Selain itu, juga diusulkan penguatan kelembagaan kelompok melalui penataan struktur organisasi dan pembagian peran, pemetaan jaringan pasar melalui kerja sama dengan kios atau pasar wisata, serta pengurusan legalitas produk seperti izin PIRT dan label halal.