Ketika Tangkapan Menurun, Alarm bagi Pengelolaan Gurita di Darawa

Ketika Tangkapan Menurun, Alarm bagi Pengelolaan Gurita di Darawa

Darawa, 3 Juni 2025– Musyawarah yang berlangsung di Balai Desa Darawa pada Selasa pagi menjadi ruang refleksi penting bagi masyarakat pesisir. Sebanyak 46 peserta dari berbagai elemen, termasuk Pemerintah Desa, nelayan, Forkani, dan enumerator perikanan, berkumpul untuk membahas hasil analisis cepat dan menyeluruh terkait penutupan lokasi tangkapan gurita di Uju Nu Umbu.

Pemaparan data menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam hasil tangkapan gurita setelah lokasi dibuka kembali. Dalam 30 hari pasca pembukaan, berat tangkapan menurun dari 388,6 kg (bernilai ekonomi Rp12.830.000) menjadi 195,7 kg (Rp7.456.400). Bahkan, dalam analisis cepat selama satu minggu pertama, total tangkapan hanya mencapai 50,4 kg dengan tingkat kedewasaan gurita yang tertangkap hanya 4%.

Peningkatan jumlah tangkapan dalam sepekan setelah pembukaan tidak serta merta menjadi kabar baik. Menurunnya proporsi gurita dewasa mengindikasikan gurita ditangkap sebelum sempat berkembang biak, yang dapat mengancam keberlanjutan populasi.

“Kalau dari datanya, hasil tangkapan menurun. Padahal kita sudah melakukan penutupan. Kalau begini, pertanyaannya: guritanya yang memang sudah habis, atau pengelolaan kita yang belum cukup?” ujar Mursiati, Koordinator Perikanan Skala Kecil di Desa Darawa.

Mursiati juga menambahkan bahwa durasi penutupan lokasi kali ini memang lebih singkat, hanya 40 hari, dan keputusan pembukaan lebih cepat diambil dengan sejumlah pertimbangan.

“Dibuka lebih cepat dengan pertimbangan agar bisa dipanen oleh nelayan yang ikut dalam proses penutupan. Selain itu, kalau menunggu waktu tiga bulan, akan bertepatan dengan bulan Ramadan di mana nelayan kemungkinan besar tidak bisa ikut menangkap gurita,” jelasnya.

Pernyataan Mursiati dibalas oleh beberapa nelayan dengan keprihatinan yang sama: “Memang sudah kurang guritanya.” Pernyataan ini menguatkan asumsi bahwa penurunan bukan hanya soal strategi pengelolaan, tapi juga akibat tekanan eksploitasi jangka panjang yang mungkin telah melampaui daya pulih populasi.

Peserta lain, seperti Rahman, menyoroti pentingnya pengawasan dari seluruh lapisan masyarakat.

“Kita harus kerja sama, masyarakat semua ikut awasi. Tidak bisa hanya andalkan satu kelompok,” ujarnya.

Musyawarah ini kemudian menghasilkan sejumlah kesepakatan penting, pertama mengenai lokasi Fuluan Tooge akan ditutup kembali untuk memberi waktu pemulihan populasi. Kedua, pengawasan akan diperkuat, tidak hanya dari kelompok pengawasan yang ada, tapi juga melibatkan masyarakat luas.

Ketiga, sosialisasi lintas wilayah akan dilakukan, terutama kepada nelayan dari Desa Sama Bahari dan Dusun Lohoa yang turut menangkap gurita di perairan sekitar Darawa, dan terakhir perlu adanya peningkatan kesadaran dan kepatuhan akan dimulai dari internal desa sebelum diperluas ke luar wilayah.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cari

Scroll to Top