Jum’at pagi tanggal 5 Juli 2024, kelompok Lokal Marine Management Area (LMMA) Popajumpa, bersama masyarakat dan pemerintah Desa Sombano Kecamatan Kaledupa Kabupaten Wakatobi berkumpul di tanjung Toruntu Dusun One, melakukan ritual adat doa bersama sebagai tanda memulai penutupan lokasi tangkapan gurita di wilayah adat Kadie Laolua Desa Sombano di kawasan Toto Nu Kampo (nama lokal salah satu kawasan penangkpan gurita). Penutupan akan berlangsung selama 3 bulan mulai tanggal 5 Juli sampai 5 Oktober 2024.
Pada penutupan kali ini luasan lokasi tangkpan mengalami perubahan, sebelumnya wilayah yang di tutup seluas 20 Ha, sekarang di tambah 10 Ha masing-masing sisi kiri dan kanan sehingga luasan wilayah tutupan tangkapan gurita di Desa Sombano menjadi 40 Ha.
Penutupan ini merupakan kegiatan ke 2 hasil musawarah kelompok LMMA Popajumpa, masyarakat dan pemerintah Desa Sombano pada tanggal 26 Juni 2024 untuk melakukan pengulangan penutupan lokasi tangkapan gurita, perluasan lokasi tangkapan dan pengawasan partisipatif oleh masyarakat disamping kelompok LMMA Popajumpa dan menjadi agenda tahunan sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi bersama buka tutup lokasi tangkapan gurita yang dilakukan pada bulan Desember 2023 sampai Maret 2024.
Jambo Saputra (staaf Forkani) koordinator program perikanan skala kecil di Desa Sombano memaparkan ada beberapa alasan pengulangan penutupan lokasi tangkapan gurita di Toto Nu Kampo yaitu; Berdasarkan hasil analisis cepat hasil tangkapan pada penutupan pertama, selain ukuran tangkapan yang rata-rata size up (1Kg), hasilnya juga banyak, nelayan menyaksikan dan merasakan sendiri hasil buka tutup tangkapan gurita secara ekonomi, menurut masyarakat kawasan yang di tutup terlalu kecil hingga harus di tambah minimal 2 kali luasan wilayah sebelumnya, perluasan wilayah penutupan ini juga secara otomatis menambah luasan wilayah proteksi hewan laut dan ekositem dari tindakan penangkapan yang tidak bertanggung jawab.
Menurut Sudarmin salah satu warga yang hadir dalam ritual penutupan, saat dimintai alasannya sepakat dan mendukung ponutupan lokasi tangkapan gurita menyatakan bahwa “penutupan lokasi tangkapan ini sudah kami rasakan manfaatnya, di samping itu karena kami masyarakat dilibatkan dalam setiap tahapan pengambilan keputusan sehingga kami mengerti tujuan perlindungan dan perluasan lokasi tangkapan yang salah satunya untuk peningkatan ekonomi masyarakat Desa Sombano sendiri”.
Walaupun penutupan lokasi tangakapan gurita di Kadie Laolua ini menjadi kegiatan ke 2 kalinya dilakukan tidak pasti berjalan baik-baik saja, pasti ada tantangan baik itu tantangan dari oknum-oknum dalam desa maupun yang dari luar desa, karena sumber daya pesisir laut Kadie Loaulua yang ada di Desa Sombano tidak hanya jadi target nelayan dalam desa tapi 3 desa tetangga terutama yang ada di Desa Sama Bahari, Desa Mantigola dan Desa Horuo yang semuanya adalah komunitas Bajo. Bahkan sumberdaya pesisir Desa Sombano menjadi salah satu target pengeboman oleh nelayan luar Pulau Kaledupa.
Kekhawatiran tentang tantangan penutupan lokasi tangkapan di Toto Nu Kampo ini di ungkap oleh Pariyanto (anggota kelompok LMMA Popajumpa), Ia memaparkan bahwa “penutupan kali ini tantangannya pasti berbeda dengan penutupan sebelumnya, disamping permasalahan oknum-oknum dalam desa yang masih tidak mau mengikuti kesepakatan orang banyak, nelayan luar juga akan banyak yang berdatangan mencari atau menangkap di sini karena sekarang itu musim timur yang kita tau bersama meti terjadi pada malam hari. Jadi pengawasan akan menjadi sedikit berat berbeda dengan penutupan sebelumnya pada musim barat, meti siang hari lokasi penutupan bisa dipantau dari kampung. Jadi pemerintah desa dan masyarakat betul-betul harus serius dalam berpartisipasi untuk pengawasan tidak hanya menyerahkan pengawasan pada kelompok LMMA Popajumpa yang anggotanya terbatas.
Prosesi penutupan lokasi tangkapan gurita di Toto Nu Kampo Kadie Laolua desa sombano yang diawali dengan proses doa bersama, resmi ditutup setelah di semua sisi kawasan penutupan dilakukan pemasangan tanda larangan berupa pancang kayu dan bendera serta pelampung oleh kelompok LMMA Popujumpa.