Belajar dan membagi Pengalaman
“Pengalaman adalah guru dari semua hal “Julius Caesar”
Di penghujung bulan tepatnya tanggal 27 sampai 29 Februari 2024, sambutan hangat Forkani pada rombongan Patner Learning Exchange yang di fasilitasi oleh Blue Ventures Indonesia (bv) untuk belajar dan berbagi dari pengalaman para mitra di Wakatobi, sehangat suasana pesta politik terbesar 5 tahunan yang baru saja digelar pada tanggal 14 Februari lalu. Cuaca mendung yang sesekali gerimis tidak mengurangi kehangatan saat perkenalan anggota Forkani dengan ronmbongan yang berasal dari Lembaga Tananua yang berbasis di Flores dan LPPM dari Seram Barat.
“selamat datang di secretariat Forkani” adalah kalimat pertama yang dilontarkan oleh Pak Hasanuddin salah satu anggota Forkani dalam menyambut rombongan Patner Learning Exchange. Hasanuddin menjelaskan sebelum semua berbagi tentang pembelajaran dilokasi masing-masing karena dia ditunjuk sebagai pemandu kegiatan bertukar pembelajar, tidak elok kalau ceritanya panjang tanpa saling mengenal satu sama lain.
Seuasai perkenalan anggota Forkani dilanjukan dengan perkenalan tim Tananua, LPPM dan bv, cerita pembelajaran di mulai dengan cerita Nusi panggilan akrab Mursiati. Sejak pertama program pengelolaan gurita ini di mulai di Desa Darawa, Ia memaparkan bahwa program perikanan gurita ini di mulai sejak tahun 2016, pada tahun itu Forkani belum bicara tentang pengaturan atau penutupan, karena pada saat itu masyarakat masih anti dengan kata penutupan lokasi tangkapan (zonasi). Lebih dari 1 tahun membangun kesepahaman dengan masyarakat Desa Darawa, belum lagi diawal kita sempat pesimis program gurita ini jalan atau tidak, karena diawal program bahkan proposal tidak ada. Kami hanya membuat rincian kegiatan dan anggaran. Pada tahun 2017 baru mulai melakukan pendataan hasil tangkapan.
Di tahun awal (2016 -2017) Forkani membangun kesepahaman dengan masyarakat lewat ajakan belajar tentang perikanan gurita, nelayan bisa mengenali sarang gurita di hamparan karang tapi sedikit yang bisa membedakan jenis kelamin gurita jantan dan betina. Hal ini menjadi salah satu daya tarik masyarakat termasuk anak sekolah. Setelah beberapa kali feadback data dengan masyarakat baru di di diskusikan konsep pengelolaan seperti apa yang di kehendaki oleh masyarakat.
Proses panjang sampai tahun 2018, disepakati bersama lokasi penutupan sementara (temporary closure) dengan durasi waktu 3 bulan pada bulan Juli sampai September 2018, konsep kearifan local dengan sebutan Bantoa Namo Nusara. Pada waktu itu pengawasan di lakukan bersama-sama oleh semua masyarakat Desa Darawa. Selama proses penutupan Forkani mediskuiskan langkah dan alasan strategis jika hasil tidak memuaskan atau gagal, ada kurang lebih 17 alasan yg disiapkan menjadi dalih pada masyakat kalau hasil penutupan tidak sesuai harapan.
Setelah pembukaan hasilnya memang sesuai ekspektasi, masyarakat akhirnya yakin dengan hasil penutupan, menurut mereka penutupan lokasi tangkapan gurita di Lokasi Wulua Lamanadara tidak hanya hasil gurtia yg meningkat tapi juga manfaat lain yaitu budidaya rumput laut. Menjaga lokasi tangkapan gurita juga berarti menjaga lokasi budidaya rumput laut. Kesadaran inilah yang mendorong masyarakat desa darawa melakukan penutupan sementara untuk 2 lokasi berdasarkan musim disesuaikan dengan lokasi budidaya rumput laut. Pada musim timur lokasi penutupan tangkapan gurita ada di Wulua Mandara dan pada musim barat di Uju Nu Umbu.Hasil penutupan sementara juga melahirkan rencana baru yaitu penambahan lokasi penutupan khusus nelayan perempuan, ini berdasarkan hasil musyawarah bersama dan permintaan nelayan perempuan.
Dalam kerja-kerja pendampingan masyarakat, tidak terlepas dari berbagai persoalan dan tantangan yang dihadapai oleh fasilitator lapangan atau lembaga pelaksana sebuah program. Banyak factor yang mempengaruhi seperti kondisis social yang tidak kondusif karena politik local dalam satu komunitas masyarakat, banyaknya kepentingan yang harus di integrasikan yang meliputi kepentingan lembaga pemerintahan, kebutuhan masyarakat dan tujuan program. Lemahanya legitimasi hukum untuk komunitas masyarakat dan persolan sumberdaya manusia baik masyarakat maupun pelaksana program juga menjadi tangtangan tersendiri.
Lapangan Adalah Ruang Pembelajaran Sebenarnya
Kegiatan berbagi pembalajaran yang diperoleh masing-masing lembaga selama menjalankan program manajemen perikanan skala kecil (perikanan gurita) menjadi bahan diskusi awal. Setiap lembaga baik Forkani. Tananua dan LPM bercerita tentang preoses-preses yang dilakukan bersama masyarakat, tantangan yang dihadapi capaian dan pembelajaran selama melaksanakan program.
Sebagai lembaga yang telah sekian tahun mendampingi masyarakat baik Forkani, LPPM dan Tananua mempunyai gerakan yang serupa dalam menjalankan program, terutama dalam proses dan tahapan untuk membangun kesepahaman dengan para stakeholder di masyarakat maupun di pemangku kepentingan lainya. Kesamaan lain dalam pelaksanaan program perikanan dampingan masing-masing lokasi kerja antara Forkani, Tananu dan LPM adalah pelaksanaan program yang berbasis kearifan local. Mengangkat sistem dan nilai budaya masyarakat atau komunitas dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.
Pada diskusi ini bukan hanya capaian masing-masing lembaga yang manjadi sorotan, akan tetapi masing-masing berbagi tentang tantangan dan solusi yang dilakukan dengan harapan bisa menjadi referensi yang di adopsi atau di kembangkan di lokasi para mitra bv.
Pada tanggal 28, berbagi pembelajaran dilakukan dengan kunjugan dan diskusi di 1 dari 3 desa dampingan Forkani yaitu di Desa sombano Kecamatan Kaledupa. Di Desa Sombano diskusi langsung bersama kelompok Local Marine Management Area (LMMA) Popajumpa, sebagai lembaga pengawas lokasi pengelolaan tangkapan gurita dan kelompok simpan pinjam Posa’asa.
Topik diskusi desa Sombano Mekanisme pengawasan di lokasi dampingan masing-masing, – Kolaborasi dengan pemangku kepentingan dalam pengawasan – Capaian, tantangan, pembelajaran baik yang dilakukan oleh kelompok Popajumpa dan kelompok-kelompok danpingan Tananua dan lppm. Kegiatan serupa juga dilakukan pada tanggal 29 februari 2024 di DESA DARAWA kecamatan Kaledupa Selatan bersama kelompok LMMA Kiwolu dan pemerintah desa.