Pelatihan Manta Tow untuk Pengelolaan Terumbu Karang di Desa Sombano

Pelatihan Manta Tow untuk Pengelolaan Terumbu Karang di Desa Sombano

Sombano, 30-31 Januari 2025 – Selama dua hari, Kelompok LMMA Popajumpa mengikuti pelatihan teknik Manta Tow dalam survei terumbu karang. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memahami kondisi ekosistem laut serta mendukung pengelolaan perikanan berkelanjutan.

Pada hari pertama, peserta menerima materi tentang Manta Tow, mulai dari kegunaan, manfaat, hingga alat dan bahan yang dibutuhkan dalam survei. Pelatihan ini difasilitasi oleh Arman, yang menjelaskan bahwa Manta Tow adalah metode penting dalam pengelolaan wilayah penangkapan ikan.

“Misalnya untuk menentukan wilayah buka tutup tangkapan, apakah wilayah terumbu karang bisa dilakukan penutupan atau tidak,” jelas Arman dalam pemaparannya.

Secara sederhana, Manta Tow digunakan sebagai gambaran umum lokasi secara tepat, membantu memilih lokasi untuk pengamatan terumbu karang yang lebih rinci, serta menginvestigasi perubahan skala besar yang terjadi di lokasi. Peserta juga dilatih dalam pengisian data, termasuk presentasi kerusakan dan jenis terumbu karang yang ditemukan selama survei.

Praktik Pengambilan Data

Setelah menerima materi dan mempersiapkan alat serta bahan yang dibutuhkan, peserta melaksanakan praktik pengambilan data. Mereka dibagi ke dalam tiga kelompok, dengan masing-masing kelompok memiliki peran yang berbeda: pencatat di laut, pencatat di atas perahu, dan pengemudi perahu ketinting.

Pengambilan data dilakukan di daerah Toto Nu Kampo, yang berjarak sekitar lima menit perjalanan dengan perahu ketinting dari desa. Dalam praktik ini, peserta secara bergantian melakukan survei di tiga lokasi berbeda yang saling bersinambungan.

Peserta pelatihan sedang mengamati tutupan substrat terumbu karang

Dengan penuh antusias, para peserta mulai menjalankan tugas mereka. Pengamat dalam air berpegangan pada papan yang kemudian ditarik menggunakan perahu untuk melihat dan mencatat tutup substrat. Sementara pengamat di atas perahu mencatat waktu, gelombang, pasang surut, titik koordinat. Pengemudi perahu harus menjaga kestabilan jalur pergerakan agar pencatat dapat memperoleh data yang akurat.

“Kami melihat ada beberapa bagian terumbu karang yang rusak akibat pengeboman, namun ada juga area yang masih dalam kondisi baik. Dari hasil pencatatan ini, kami bisa memahami lebih lanjut kondisi ekosistem yang ada,” ujar salah satu peserta.

Kelompok 1 dan 2 telah melakukan pengambilan data. Saat berganti ke kelompok 3, udara tiba-tiba menjadi dingin, langit berwarna abu-abu gelap, hujan mengguyur deras, dan gelombang perlahan semakin tinggi. Kondisi alam yang kurang mendukung memaksa peserta menghentikan kegiatan dan segera kembali ke darat demi keselamatan. Sementara itu, untuk olah data dilakukan esok hari.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cari

Scroll to Top