Pelatihan Kesetaraan Gender
Desa Sombano, 10 Januari 2024
Penulis: Edi Sangia
Kesetaraan gender dalam komunitas masyarakat pesisir masih jauh dari hal yang diharapkan. Gerakan pengarusutamaan gender sebagaimana Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000, yang mengharuskan semua instansi pemerintah di tingkat nasional dan daerah, untuk mengarusutamakan gender ke dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi seluruh kebijakan dan program masih belum terlaksana dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh banyak factor seperti; pemahaman masyarakat tentang definisi gender itu sendiri yang masih banyak keliru. kecenderungan mengartikan gender adalah jenis kelamin biologis masih sangat mendominasi masyarakat pesisir. Kultur masyarakat yang sangat kental, memposisikan laki-laki atau kepala keluara sebagai aktor tunggal dalam mencari nafkah dan pengambil keputusan tertinggi dan banyak factor lainnya. Pelatihan Kesetaraan Gender (Desa Sombano 10/01/2024)
Terlepas dari banyaknya rumusan masalah tentang penyebab gerakan pengarusutamaan gender, factor utama yang menjadi penentu adalah sumber daya manusia sebagai objek dari gender itu sendiri. Jebakan pemahaman tidak sebatas mengerti tentang definisi bahwa gender adalah jenis kelamin yang diciptakan lewat proses social dalam artian sederhana gender adalah kesetaraan dalam mengakses hak. Pada masyarakat pesisir ketidakadilan gender lebih banyak dialami oleh kaum perempuan yang hampir terjadi dalam semua sisi kehidupan, mulai dalam urusan rumah tangga sampai akses ke sumber daya alam.
Kondisi diatas menjadi alasan Forkani bekerja sama dengan pemerintah Desa Sombano pada tanggal 10 Januari 2024 menyelenggarakan pelatihan “Kesetaraan Gender” untuk meningkatkan kapasitas dan pemahaman kelompok perempuan Posaasa dan aparatur desa tentang gender. Selain itu, dari lebih 20 orang peserta pelatihan ini diharapkan menjadi katalisator dalam desa untuk berbagi pengetahuan kepada masyarakat dan menerapkan nilai-nilai gender dalam kehidupan sehari-hari dimana keluarga akan menjadi tempat praktek pertama mereka.
Kegiatan pelatihan dilakukan dengan metode pembelajar orang dewasa, suasananya dibuat santai dengan penekanan semua adalah guru dan semua peserta. Dari post tes yang di ambil oleh pemateri sebagai pembuka kegiatan, tingkat pemahaman peserta tentang gender masih sangat minim, peserta lebih banyak memahami gender adalah kesetaraan berdasarkan jenis kelamin biologis.
Selama proses pelatihan ragam metode yang digunakan oleh pemateri antaralain, permainan peran, presentasi, diskusi kelompok, penugasan perorangan, tanya jawab dan nonton video. Secara garis besar ada 4 topik pembahasan dalam pelatihan yaitu konsep gender, isu gender, pengarustamaan gender dan membangun kesetaraan gender.
Menanggapi pelatihan kesetaraan gender ini, Pak Musyamat selaku Kepala Desa Sombano dengan tegas berterimah kasih karena dengan proses yang diadakan hari ini, pemahaman masyarakat tentang jender lebih jelas terutama bagi pemerintah Desa Sombano, karena jujur selama ini kami memahami hanya sebatas laki-laki dan perempuan. Hal serupa disampaikan oleh salah satu peserta Wa Ode Baciati (perempuan,40 tahun),salahsatu anggota kelompok Posa’asa, Ia menyampaikan bahwa selama ini kita hanya gender-gender tapi ternyata kita tidak paham, hari ini dengan pelatihan kita semua lebih jelas misalnya gender itu ternyata kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam urusan rumah tangga maupun pekerjaan
Selain pemahaman yang direspon baik oleh peserta pelatihan, Filda (perempuan, 23 tahun) peserta termuda menyoroti proses pelatihan yang dianggapnya sangat menarik dan tidak membosankan. Kita sudah seharian belajar dari pagi sampai sore tidak terasa walaupun suhu ruangan panas yang membuat gerah, tapi kita tetap santai dan bisa focus.
