Sombano, 7 Desember 2024- Pagi mendung menjadi saksi upaya bersama masyarakat dan pihak terkait dalam merehabilitasi kawasan mangrove di Kadia La Olua, Kaledupa. Bibit mangrove yang ditanam hari ini membawa harapan untuk lingkungan yang lebih baik.
Genangan air di area pembibitan setelah hujan deras malam sebelumnya menambah suasana segar di sekitar lokasi kegiatan. Suara katak bersahut-sahutan menjadi musik alam yang mengiringi langkah peserta menuju kawasan rehabilitasi. Bibit mangrove yang telah dipersiapkan oleh kelompok Popajunpa selama enam bulan kini siap ditanam di area yang telah dipetakan.

Di lokasi penanaman tepatnya berada di wilayah Desa Sombano, patok-patok kayu telah dipasang sebagai penanda dan penyangga. Masing-masing patok dirancang menampung lima bibit mangrove, yang kemudian diikat rapi pada patok tersebut untuk menjaga agar bibit tetap stabil saat tumbuh.
Berbagai pihak, mulai dari tim Forkani, Balai Taman Nasional Wilayah II, Sara Barata Kahedupa, Pemerintah Desa, dan beberapa komunitas lokal dari Desa Sombano diantaranya Kelompok LMMA Popajumpa, Posaasa dan Goje-Goje turut andil. Tidak hanya dengan tenaga, tetapi juga dengan harapan yang mereka gantungkan pada bibit-bibit mangrove. Mereka sadar bahwa mangrove adalah penjaga pantai dari abrasi, habitat bagi ekosistem laut, dan sumber kehidupan yang harus dilestarikan.

Nurmayanti, Koordinator Program Rehabilitasi Mangrove, yang menjelaskan bahwa keberhasilan program ini adalah hasil dari kolaborasi banyak pihak. “Sebelum memulai penanaman, kami berkoordinasi dengan Lembaga Masyarakat Adat, Balai Taman Nasional Wilayah II, dan pemerintah desa. Sosialisasi ke masyarakat, survei dan monitoring mangrove juga dilakukan,” jelasnya.
Dari hasil monitoring kemudian dimusyawarahkan lagi bersama masyarakat. Disepakati bahwa rehabilitasi mangrove ini mencakup beberapa langkah penting. Salah satunya, sosialisasi kepada masyarakat di desa tetangga sebagai agen yang ikut memanfaatkan sumber daya ekosistem mangrove, diantaranya kepada Desa Sama Bahari, Lefuto, Mantigola dan Horuo.
Selain itu, disepakati juga untuk rehabilitasi mangrove melalui penanaman kembali. “Kebetulan kelompok ini sudah memulai pembibitan mangrove sejak enam bulan lalu. Hasilnya memadai untuk kebutuhan penanaman di wilayah ini,” tambah Nurmayanti.
Sadam Husein, perwakilan urusan umum Balai Taman Nasional Wilayah II, juga hadir dalam kegiatan ini. Menurunnya, kondisi mangrove di Kadia La Olua secara umum masih tergolong baik berdasarkan hasil monitoring. Namun, ia mencatat adanya jejak penebangan mangrove untuk pembukaan lahan. “Dengan adanya penanaman ini, kami berharap bibit-bibit mangrove dapat tumbuh dengan baik. Semoga partisipasi yang peduli dengan pelestarian mangrove juga bertambah,” ujarnya.

Setelah proses penanaman selesai, rencananya akan ada monitoring dan pengawasan berkelanjutan. Termasuk dalam rencana ini adalah perawatan bibit yang telah ditanam serta pengisian ulang pada lahan kosong yang belum ditanami.