Kaledupa, 9-10 April 2025 – Kegiatan Finansial Inklusi yang berlangsung selama dua hari di Desa Sombano, menjadi ruang belajar dan refleksi bagi kelompok simpan pinjam Posa’asa yang tertarik mengembangkan usaha berbasis potensi lokal. Kegiatan ini tidak hanya membahas pentingnya akses keuangan, tetapi juga menggali hal-hal fundamental dalam memulai dan mengembangkan usaha secara berkelanjutan.
Salah satu bahasan utama dalam kegiatan ini adalah pentingnya mengenali peluang usaha, yakni mendapatkan ide awal atau gagasan konseptual mengenai jenis bisnis atau aktivitas ekonomi yang ingin dijalankan oleh seseorang atau kelompok. Tujuannya, tidak hanya untuk meraih keuntungan, tetapi juga menciptakan nilai yang berarti bagi komunitas.
“Jangan hanya melihat ada orang menjual dan laku, kita juga ikut-ikutan,” ujar Hasanuddin, salah satu fasilitator kegiatan. Ia menekankan bahwa proses berpikir kritis dan analisis sangat penting sebelum memulai usaha. Menurutnya, kelompok simpan pinjam sudah mulai siap secara mental dan organisasi, namun masih memerlukan pendalaman dalam menyusun ide bisnis yang matang.
Dalam penyusunan ide bisnis, peserta didorong menjawab empat pertanyaan utama; Produk atau layanan apa yang akan dijual? Kepada siapa produk atau layanan tersebut akan ditawarkan (pasar)? Bagaimana cara menjual produk atau layanan tersebut? Kebutuhan apa yang dipenuhi oleh bisnis bagi pelanggan?
Fasilitator juga menekankan pentingnya melakukan survei pasar. Sebuah produk yang laku saat ini belum tentu bertahan dalam jangka panjang. “Bukan hanya ada yang beli sekarang, tapi penting juga untuk tahu apakah dalam waktu lama produk itu masih dicari?” jelas Hasanuddin.

Dalam diskusi, peserta berbagi pengalaman mereka yang pernah dilakukan. Salah satunya adalah kelompok pembuat ikan kering, yang kini sudah beranggotakan delapan orang dan usahanya tetap laku di pasaran. Ada juga yang pernah mencoba produksi minyak VCO, yang memiliki pasar potensial namun terkendala oleh kurangnya tenaga kerja.
Dari hasil survei, 25 peserta yang hadir setuju untuk berbisnis baik ingin dilakukan secara pribadi, keluarga dan dalam kelompok. Namun, menurut fasilitator, ini juga perlu analisis lanjutan. “Bisa jadi setelah dianalisis, usaha yang tadinya direncanakan berkelompok justru lebih cocok dijalankan pribadi, begitu pula sebaliknya,” tambahnya.