Namo Nu Sara di Darawa: Doa Perempuan, Harapan di Laut

Namo Nu Sara di Darawa: Doa Perempuan, Harapan di Laut

Darawa, 27 Februari 2025- Pagi itu, langit Darawa diselimuti awan kelabu. Matahari yang seharusnya muncul dari balik cakrawala tertutup mendung tipis, membuat udara terasa lebih sejuk dari biasanya. Air surut sejak pagi buta, menjadi pertanda baik untuk memulai hari pembukaan Namo Nu Sara, tradisi penutupan sementara perairan yang kini dibuka kembali setelah berbulan-bulan dibiarkan beristirahat.

Di pesisir pantai, perempuan-perempuan Darawa duduk dalam lingkaran, tangan mereka saling bertaut dalam doa. “Semoga suami kami mendapatkan hasil yang bagus, gurita banyak dan besar,” ucap beberapa perempuan dengan suara lirih. Anak-anak yang awalnya bermain pasir dan sepak bola mendekat, ikut berdoa dengan harapan yang sama.

Usai berdoa, suasana berangsur berubah. Mereka duduk bersama sembari berbagi cerita tentang hasil tangkapan tahun lalu, anak-anak mereka yang mulai belajar menangkap ikan, dan harapan-harapan kecil yang mereka titipkan pada laut.

Saling bersalaman

Ditengah-tengah obrolan santai itu, seorang perempuan berjalan ke titik-titik yang disakralkan di sekitar pantai. Membawa sesajen, irisan pisang, sirih, sepotong telur dan kue tradisional sebagai tanda syukur sekaligus permohonan agar laut tetap memberi berkah. Di antara deburan ombak dan angin yang berembus lembut, prosesi berlangsung khidmat, menghubungkan mereka dengan leluhur yang dulu menggantungkan hidupnya pada laut yang sama.

Tak lama, para nelayan tiba dengan hasil tangkapan pertama mereka setelah berbulan-bulan menahan diri. Gurita yang mereka bawa sebagian besar berada dalam kategori Grade B hingga A (up). Beratnya mencapai 1 hingga 2 kilogram per ekor. Angka ini menjadi pertanda baik, menunjukkan bahwa laut telah memberikan hasil yang cukup setelah masa istirahatnya.

Menimbang hasil tangkapan

Di Darawa, laut bukan sekadar ruang mencari nafkah, tetapi juga tempat di mana doa dan harapan dipanjatkan, tempat di mana tradisi diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Namo Nu Sara bukan hanya tentang menutup dan membuka laut, tetapi juga tentang hubungan yang lebih dalam—antara manusia, alam, dan leluhur yang tak pernah benar-benar pergi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cari

Scroll to Top