Darawa, Kaledupa– Selama dua hari, 25-26 Februari 2025, masyarakat nelayan di Desa Darawa mengikuti pelatihan keselamatan di laut yang diselenggarakan oleh Satuan Polisi Air dan Udara (Polairud) Polres Wakatobi bersama Forkani. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan nelayan dalam menghadapi situasi darurat di laut, mencegah kecelakaan, serta memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga keselamatan diri dan sesama saat melaut.
Kasat Polairud Polres Wakatobi, Ipda Darmin, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa penyebab umum kecelakaan di laut diakibatkan oleh cuaca buruk, kelalaian dalam penggunaan alat keselamatan, serta kecelakaan akibat tabrakan kapal atau terseret arus. Pemateri juga memberikan materi mengenai keterampilan dasar pertolongan di laut, seperti cara menggunakan pelampung dengan benar, teknik penyelamatan korban yang tenggelam, serta cara memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan di laut.
Pemahaman tentang keselamatan di laut juga ditekankan, termasuk pentingnya menggunakan alat komunikasi darurat, memahami jalur pelayaran, serta menjaga fasilitas penanda laut untuk keselamatan bersama. Menurut Ipda Darmin, penegakan aturan memerlukan kerja sama berbagai pihak, terutama kelompok masyarakat yang secara langsung mengawasi wilayah laut sebagai sumber mata pencaharian mereka.

“Kami berharap masyarakat Desa Darawa bisa berperan aktif dalam menjaga fasilitas publik di pesisir dan laut, seperti lampu-lampu mercusuar atau buoy penanda alur pelayaran. Jika ada yang merusak fasilitas ini, mohon ditegur atau dilaporkan karena dampaknya sangat fatal bagi keselamatan kita semua,” ujar Ipda Darmin.
Dalam sesi diskusi, Hasrudin, perwakilan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), mengungkapkan bahwa meskipun masyarakat nelayan sudah memiliki pengalaman panjang di laut, mereka baru menyadari bahwa beberapa hal yang dianggap sepele ternyata memiliki dampak besar terhadap keselamatan. Ia juga meminta informasi lebih lanjut mengenai alat pemantau cuaca dan pelacakan pergerakan kapal nelayan.
Menanggapi hal tersebut, pemateri menjelaskan bahwa alat-alat pemantau tersebut masih dalam tahap uji coba di bawah naungan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), sehingga belum dapat dipasang secara permanen. Namun, pihak Polairud akan menyampaikan masukan tersebut ke pihak navigasi untuk pertimbangan lebih lanjut.
Mursiati, salah satu peserta, menambahkan bahwa sebaiknya desa memiliki kebijakan untuk mengadakan alat keselamatan nelayan sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat. Selain itu, Hasrudin juga mengusulkan agar pemerintah desa menyediakan peralatan P3K di setiap kapal nelayan.
Pada hari kedua, peserta mengikuti sesi praktik penyelamatan di laut yang dipandu oleh BRIPKA Achsary Masmil, SH. Materi yang diberikan mencakup, penggunaan pelampung dan life raft dengan benar, teknik menjaga posisi tubuh korban agar tetap aman hingga bantuan tiba, dan langkah-langkah pertolongan pertama bagi korban kecelakaan di laut.

Peserta kemudian dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk melakukan simulasi penyelamatan di laut dengan menggunakan alat yang telah disediakan. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi situasi darurat di laut.
Dalam sela-sela materi dan praktik, Ipda Darmin juga menegaskan pentingnya mencegah penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan.
“Kita semua memiliki tanggung jawab dalam menjaga laut sebagai sumber kehidupan dan masa depan anak cucu kita. Mari bersama-sama mencegah pasokan bahan-bahan yang digunakan untuk pemboman ikan,” ujarnya.
