Optimalisasi Data untuk Keberlanjutan: Refleksi 7 Tahun Pendataan di Desa Darawa

Optimalisasi Data untuk Keberlanjutan: Refleksi 7 Tahun Pendataan di Desa Darawa

Darawa, 3 Januari 2025 – Desa Darawa menggelar kegiatan Data Feedback Session (DFS) yang bertujuan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil pendataan selama tujuh tahun terakhir. Acara ini dihadiri oleh  kepala desa, masyarakat, anggota LMMA Kiwolu dan Forkani.

Dalam sambutannya, Kepala Desa Darawa, Roys menyampaikan bahwa pendataan dan buka tutup kawasan penangkapan selama ini memberikan banyak manfaat bagi desa. “Kita bisa mendapatkan hasil yang banyak. Selain itu dari data yang ada, kita telah melakukan banyak intervensi dalam menjaga sumberdaya alam kita” ungkapnya.

Sesi DFS ini juga memaparkan alur pendataan yang telah diterapkan di desa Darawa, khususnya dalam sektor perikanan, terutama pendataan gurita. Proses pendataan dimulai dari nelayan yang membawa hasil tangkapan gurita dari laut, diteruskan ke pembeli, lalu data dicatat oleh enumerator. Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam dashboard digital yang menjadi rujukan utama bagi pengelolaan sumber daya laut di beberapa daerah di indonesia dan Madagaska.

Mursiati sedang menyampaikan data perikanan gurita di Desa Darawa

Berdasarkan data yang terkumpul selama tujuh tahun terakhir, total tangkapan yang didaratkan mencapai 28.987 ekor, dengan total pendapatan sebesar Rp 908.537.318. Pendataan juga mencatat keberagaman hayati yang tinggi dengan 65 famili spesies yang didaratkan. Jumlah nelayan yang tercatat adalah 297 orang, dengan rata-rata persentase tangkapan dewasa mencapai 84%.

Famili yang paling banyak didaratkan adalah Sibuku (Octopus), diikuti oleh Tio Meha (Yellow striped soatfish), kemudian Kadafo (Blacknape largeeye bream), dan Kola (White spotted spinefoot). Sistem pendataan ini telah membantu meningkatkan transparansi dan efisiensi pengelolaan hasil laut. Selain itu, data ini digunakan untuk menyusun kebijakan berbasis bukti yang mendukung keberlanjutan ekosistem laut dan kesejahteraan masyarakat nelayan.

“DFS ini menjadi langkah penting untuk memastikan bahwa data yang kami kumpulkan benar-benar bermanfaat. Kami melihat bagaimana data ini membantu meningkatkan pemahaman tentang pola penangkapan gurita serta dampaknya terhadap lingkungan,” jelas Mursiati, Koordinator Perikanan Skala Kecil di Desa Darawa.

Meskipun berhasil dan menjadi desa percontohan dalam proses pendataan dan pengelolaan sumber daya laut di Indonesia, namun masih menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya; Kurangnya persatuan dan komitmen masyarakat dalam mematuhi aturan yang disepakati bersama, Pelanggaran aturan seperti menangkap ikan di wilayah yang telah ditutup sementara (bantia namo nu sara), Anggaran pengawasan yang tidak memadai, sehingga pengawasan menjadi terbatas.

Selain itu, Pengawasan yang hanya dilakukan oleh LMMA (Locally Managed Marine Area) tanpa dukungan masyarakat secara menyeluruh, dan Lemahnya pengawasan aturan, terutama pada malam hari, sehingga memungkinkan nelayan luar masuk dan menangkap ikan.

Sebagai bagian dari komitmen untuk menjawab tantangan tersebut, masyarakat Desa Darawa juga pernyataan bersama. Mereka menegaskan komitmen mereka untuk:

  1. Bersatu dalam memelihara komitmen bersama,
  2. Mematuhi aturan yang telah disepakati, termasuk melaksanakan bantia namo nu sara,
  3. Melakukan pengawasan bersama,
  4. Pengawasan juga dilakukan pada malam hari,
  5. Sering melakukan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan,
  6. Mendukung pengawasan dengan melibatkan Balai Taman Nasional Wakatobi dan Sara Barata Kahedupa (lembaga adat lokal).

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cari

Scroll to Top