Pelatihan Penyusunan Rencana Aksi: Sara Barata Kahedupa Ingin Melakukan Pendokumentasian

Pelatihan Penyusunan Rencana Aksi: Sara Barata Kahedupa Ingin Melakukan Pendokumentasian

Kaledupa, 18-19 Februari 2025 – Pada hari kedua dan ketiga pelatihan penyusunan rencana aksi, Sara Barata Kahedupa semakin menegaskan pentingnya pendokumentasian sebagai langkah strategis dalam menjaga keberlanjutan adat dan lingkungan mereka. Diskusi yang berlangsung memperkuat tekad untuk mendokumentasikan nilai-nilai adat, sumber daya alam, serta praktik budaya yang mulai terkikis oleh modernisasi.

Menurut Lakina Sara Barata, La Ode Saidin, Kaledupa memiliki banyak tula-tula (cerita). Sayangnya, belum ada pengarsipan yang baik, sehingga dokumen-dokumen terkait Sara Barata Kahedupa sulit ditemukan. Oleh karena itu, ia menyampaikan bahwa jika ada dokumen penting yang membahas masyarakat adat, budaya, dan kesenian, maka sebaiknya dibawa ke lembaga sebagai arsip.

Tula-tula itu kalau dikumpulkan dalam sebuah buku, jumlahnya bisa mencapai puluhan. Kita juga perlu menata sekretariat Barata Kahedupa dengan lebih baik. Jika memungkinkan, kita buat ruangan khusus untuk dokumentasi, agar tidak lagi kesulitan mencari dokumen di masa depan,” ujar La Ode Saidin.

Menanggapi pernyataan tersebut, Miantuu Laulua menjelaskan bahwa akibat tidak adanya pendokumentasian, beberapa praktik budaya mulai mengalami pergeseran, salah satunya adalah pakaian adat yang tidak lagi sesuai dengan tradisi asli. “Kita harus mensosialisasikannya kembali agar adat yang semestinya tetap dipertahankan,” tegasnya.

Namun, proses sosialisasi tidak bisa dilakukan secara instan. Harus ada pencatatan dan pendokumentasian terlebih dahulu mengenai adat istiadat dan norma-norma yang berlaku. Selain itu, pemahaman di antara anggota Sara Barata Kahedupa juga harus diselaraskan agar mereka menyampaikan pesan yang sama kepada masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Mursiati.

“Tapi harus disepakati juga bahwa sumber adat istiadat tidak hanya berasal dari lingkup internal Sara Barata Kahedupa, tetapi juga dari orang-orang tua yang pernah menjadi saksi peradaban budaya ini,” lanjutnya.

Sejalan dengan Mursiati, La Beloro menegaskan bahwa seluruh anggota Sara Barata Kahedupa, terutama para pemimpin wilayah, harus memahami dan mencerminkan nilai-nilai adat. Ia mencontohkan bahwa Gau Satoto bukan hanya menjadi tanggung jawab Fa Opu, tetapi juga harus menjadi prinsip yang dijalankan oleh seluruh elemen Sara Barata Kahedupa dalam kehidupan sehari-hari.

Bonto Fatole menambahkan, “Sebagai bagian dari Sara Barata Kahedupa, kita harus benar-benar mencerminkan nilai-nilai adat. Saya sendiri telah mengalami perubahan. Dahulu saya suka mabuk, tetapi setelah dipanggil sebagai bagian dari Sara Barata, saya mulai meninggalkannya. Menurut saya, itu adalah hal yang baik. Jika kita ingin memberikan petunjuk kepada orang lain, kita harus berjuang untuk menjadi contoh terlebih dahulu.”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cari

Scroll to Top